Kamis, 28 Januari 2021

 

1. Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage)

Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith yang sering disebut teori murni perdagangan. Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi terhadap produksi mereka pada barang-barang yang secara mutlak mempunyai keunggulan. Kemudian mengekspor barang tersebut (yang merupakan kelebihan atau surplus untuk kebutuhan maupun konsumsi dalam negerinya) kepada mitra dagangnya. Jadi, teori ini menekan- kan bahwa efisiensi dalam penggunaan faktor produksi, misalnya tenaga kerja di dalam proses produksi sangat menentukan keunggulan atau daya saing dari negara bersangkutan. Tingkat keungggulan diukur berdasarkan nilai tenaga kerja yang sifatnya homogen.

2. Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage)

Persoalan dari teori keunggulan mutlak dari Adam Smith adalah bahwa perdagangan internasional akan terjadi jika negara-negara yang terlibat saling memperoleh manfaatnya, dan menurut Adam Smith, hal ini hanya dapat terjadi apabila masing-masing negara memiliki keunggulan absolut yang berbeda. Implikasinya jika Republik Indonesia memiliki keunggulan mutlak atas Amerika Serikat untuk kain dan televisi, berarti Indonesia mengekspor kedua jenis barang tersebut ke Amerika Serikat, maka perdagangan antara kedua negara tersebut tidak akan terjadi karena hanya Indonesia yang akan mendapatkan keuntungan (manfaatnya). Hal ini tidak dipikirkan oleh Adam Smith dan ini merupakan kelemahan utama dari teorinya.
Maka muncullah pemikiran dari John S. Mill dan David Ricardo, yang disebut teori keunggulan komparatif (teori biaya komparatif) yang dapat dianggap sebagai kritik dan sekaligus usaha penyempurnaan atau perbaikan terhadap teori keunggulan absolut. Dasar pemikiran Ricardo dan Mill mengenai penyebab terjadinya perdagangan antarnegara pada prinsipnya tidak berbeda dengan dasar pemikiran dari Adam Smith. Perbedaannya hanya pada cara pengukuran keunggulan suatu negara, yakni dilihat komparatif biayanya, bukan perbedaan absolutnya. J.S Mill beranggapan bahwa suatu negara akan mengkhususkan diri pada ekspor barang tertentu bila negara itu memiliki keunggulan komparatif terbesar dan akan impor barang tertentu bila negara tersebut memiliki kerugian komparatif atau keunggulan komparatif terendah. 
Adapun dasar pemikiran dari David Ricardo adalah perdagangan antara dua negara akan terjadi bila masing-masing negara memiliki biaya relatif yang terkecil (produktivitas tenaga kerja relatif yang besar) untuk jenis barang yang berbeda. Jadi, penekanan Ricardo pada perbedaan efisiensi atau produktivitas relatif antarnegara dalam memproduksi dua atau lebih jenis barang yang menjadi dasar terjadinya perdagangan internasional.

3. Teori H–O

Teori Heckscher dan Ohlin (H-O) mempunyai dua kondisi penting sebagai dasar dari munculnya perdagangan internasional, yaitu ketersediaan faktor produksi dan intensitas dalam pemakaian faktor produksi atau proporsi faktor produksi. Oleh karena itu, teori H-O sering juga disebut teori proporsi atau ketersediaan faktor produksi. Produk yang berbeda membutuhkan jumlah atau proporsi yang berbeda dari faktor-faktor produksi. Perbedaan tersebut disebabkan oleh teknologi yang menentukan cara mengombinasikan faktor-faktor produksi yang berbeda untuk membuat suatu produk.

 

5 Macam Teori Perdagangan Internasional Dalam Ekonomi

Untuk hal ini apabila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Yang dalam kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif atau kuota barang impor.

5 Macam Teori Perdagangan Internasional Dalam Ekonomi

Selian itu, dalam kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan dan hukum dalam perdagangan. Kerumitan inilah menghadirkan macam-macam teori perdagangan internasional dari sejumlah ahli ekonomi terkenal dunia, antara lain yaitu:

5 Macam Teori Perdagangan Internasional

Adapun macam-macam teori perdagangan internasional yang antara lain yaitu:

Teori Adam Smith

Teori Adam Smith memfokuskan pada keuntungan mutlak yang menyatakan bahwa suatu negara akan dapat memperoleh suatu keuntungan mutlak dikarenakan negara tersebut mampu memproduksi barang dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan negara lain.

Menurut teori ini, apabila harga barang dengan jenis sama tidak memiliki perbedaan di berbagai negara maka tidak ada alasan untuk melakukan perdangan internasional.

teori Ricardian

Teori Ricardian memfokuskan pada kelebihan komparatif dan mungkin merupakan konsep paling penting dalam teori pedagangan internasional. Dalam sebuah model Ricardian, negara mengkhususkan dalam memproduksi apa yang mereka paling baik produksi.

Tidak seperti model lainnya, rangka kerja model ini memprediksi di mana negara-negara akan menjadi spesialis secara penuh dibandingkan memproduksi bermacam barang komoditas. Selain itu, model Ricardian tidak secara langsung memasukkan faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari buruh dan modal dalam negara.

Teori Heckscgher-Ohlin

Teori Heckscgher-Ohlin dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian dan dasar kelebihan komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh lebih rumit, model ini tidak membuktikan prediksi yang lebih akurat. Bagaimanapun, dari sebuah titik pandangan teoritas model tersebut tidak memberikan solusi yang elegan dengan memakai mekanisme harga neoklasikal ke dalam teori perdagangan internasional. Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional ditentukan oleh perbedaan dalam faktor pendukung.

Model ini memperkirakan kalau negara-negara akan mengekspor barang yang membuat penggunaan intensif dari faktor pemenuh kebutuhan dan akan mengimpor barang yang akan menggunakan faktor lokal yang langka secara intensif. Masalah empiris dengan model H-o, dikenal sebagai Paradoks Leotief yang dibuka dalam uji empiris oleh Wassily Leontief yang menemukan bahwa Amerika Serikat lebih cenderung untuk mengekspor barang padat karya dibanding barang padat modal dan sebagainya.

teori Gravitasi Perdagangan

Teori gravitasi perdangan menyajikan sebuah analisis yang lebih empiris dari pola perdangan dibanding model yang lebih teoritis di atas. Model gravitasi pada bentuk dasarnya, menerka perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antar negara dalam ukuran ekonominya.

Model ini meniru hukum gravitasi Newton yang juga memperhitungkan jarak dan ukuran fisik di antara 2 benda. Model ini telah terbukti menjadi kuat secara empiris oleh analisis ekonometri. Faktor lain seperti tingkat pendapatan, hubungan diplomatik dan kebijakan perdangan juga dimasukkan dalam versi lebih besar dari model ini.

Faktor Spesifik

Dalam model ini, mobilitas buruh antara industri satu dan yang lain sangatlah mungkin ketika modal tidak bergerak antar industri pada satu masa pendek. Faktor spesifik merujuk ke pemberian yaitu dalam faktor spesifik jangka pendek dari produksi, seperti modal fisik, tidak secara mudah dipindahkan antar industri.

Teori ini mesugestikan jika ada peningkatan dalam harga sebuah barang, pemilik dari faktor produksi spesifik ke barang tersebut akan untuk pada aturan sebenarnya. Sebagai tambahan, pemilik agenda bertolak belakang ketika melobi untuk pengendalian atas imigrasi buruh.

Hubungan sebaliknya, kedua pemilik keuntungan bagi pemodal dan buruh dalam kenyataan membentuk sebuah peningkatan dalam pemenuhan modal. Model ini ideal untuk industri tertentu. Model ini cocok untuk memahami distribusi pendapatan tetapi tidak untuk menentukan pola pedagangan.

Demikianlah pembahasan mengenai 5 Macam Teori Perdagangan Internasional Dalam Ekonomi semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya.